Tahukah Anda bila Pulau Flores mempunyai tempat wisata sawah jaring laba-laba Lodok? Area persawahan tersebut menjadi daya tarik yang berhasil menjaring wisatawan dari berbagai daerah maupun negara.
Namun, desain sawah yang unik ternyata memiliki cerita yang lebih dalam dari sekadar mirip jaring laba-laba.
Bagi wisatawan yang sudah sering mampir ke NTT, Kabupaten Manggarai menjadi salah satu tujuan yang tak mereka lewatkan seperti Labuan Bajo.
Desain Sawah Jaring Laba-laba yang Unik Sarat Filosofi
Lodok mudah Anda akses dari Ruteng karena masih berada di kawasan Cancar. Waktu tempuh untuk menjangkau kawasan yang dikenal juga sebagai sawah jaring laba-laba Cancar tersebut hanya 20 menit. Kemudian sesampainya di Lodok, para wisatawan dapat melihat area persawahan dari ketinggian.
Saking uniknya, beberapa orang sampai membandingkan desain Lodok dengan crop circle di ladang atau perkebunan yang konon merupakan hasil karya alien.
Akan tetapi, pembuatan Lodok bukan berasal dari keisengan atau tren semata. Rupanya, desain sawah jaring laba laba tersebut merupakan mahakarya warisan dari leluhur orang Manggarai. Lodok sendiri adalah sistem pembagian sawah yang telah masyarakat Manggarai lakukan sejak dulu.
Titik nol yang berada di bagian tengah sawah atau Lingko menentukan penentuan perghitungannya. Orang yang menangani pembagian akan menarik garis panjang dari Lingko sampai ke bidang terluar atau cicing.
Prosedur ini mengikuti filosfi pembuatan sarang laba-laba yang akan membuat bagian dalam atau tengah Lodok lebih kecil dibandingkan bagian luar yang lebih lebar.
Adalah otoritas Tu’a Teno yang bakal mengurus pola pembagian sawah. Mereka adalah ketua adat yang mempunyai tugas penting dalam pembuatan Lodok. Sebelum prosesnya dimulai, Tu’a Teno akan menyelenggarakan Ritual Tente dengan menancapkan kayu atau teno di titik sentral yang akan menjadi sawah jaring laba laba.
Selain mengikuti jarang laba-laba, konon pembuatan Lodok juga berdasarkan oleh rumus moso atau jari tangan. Perhitungannya pun menyesuaikan jumlah penerima tanah warisan beserta keturunannya.
Selain itu, rumus moso menetapkan bahwa petinggi kampung seperti Tu’a Teno dan Tu’a Golo menjadi prioritas yang menerima bagian sawah paling besar. Setelah itu, warga biasa dari suku dan di luar suku akan mendapatkan bagian-bagian yang lebih kecil.
Cek nanti yah guys :
Tak Pernah Sepi Dari Wisatawan
Ketenaran Sawah Jaring Laba-laba Lodok tak terlepas dari wisatawan yang merekomendasikan tempat tersebut kepada teman-temannya. Beberapa orang yang lihai dalam mengabadikan pemandangan dalam foto pun tak jarang mengunggahnya ke media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Jadi jangan kaget kalau saat datang ke sawah jaring laba laba, Anda bakal menjumpai wisatawan-wisatawan lain yang sibuk memotret atau sekadar mengaguminya dari ketinggian.
Anda yang ingin mampir ke Lodok biasanya akan mendapatkan arahan untuk mengakses salah satu pintu masuk di Cancar. Kemudian, Anda bisa memarkirkan kendaraan dan meneruskan perjalanan dengan jalan kaki. Siapkan juga uang sebanyak sepuluh ribu sampai dua puluh ribu rupiah sebagai biaya pemeliharaan kepada pemilik lahan.
Untuk menjangkau Lodok, Anda pun harus jalan kaki ratusan meter hingga melewati tanjakan. Akan tetapi, rasa lelah bakal langsung hilang begitu sampai di ketinggian yang memperlihatkan sawah jaring laba laba.
Baca juga :
Jangan lupa bawa minuman dan camilan untuk mengisi tenaga ya karena di lokasi ini belum ada warung untuk ngopi dan makan. Tapi, tentu saja pemandangannya sudah cukup memanjakan Anda kan. Jadi, segera berkunjung ke sini ya.