Tahukah kamu mengenai fakta suku Abui NTT? Suku Abui di Alor NTT ini hidup dengan cara tradisional. Bahkan mereka tidak menggunakan listrik dalam kehidupan sehari-hari.
Suku Abui adalah suku yang tinggal di bukit kawasan Alor Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kampung adat ini hanya dihuni sekitar 14 kepala keluarga. Namanya adalah Desa Takpala.
Letak desa ini ada di Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, NTT.
Hal unik dari kampung adat ini adalah kehidupannya jauh dari kata modern. Bahkan, mereka hidup tanpa listrik. Semua ini karena mereka memegang prinsip turun temurun dari nenek moyang. Berikut ini akan kita bahas mengenai fakta unik dan menarik dari Suku Abui.
Fakta Suku Abui di Alor NTT
1. Hidup Tanpa Listrik
Masyarakat Suku Abui hidup tanpa menggunakan listrik. Dari dulu hingga sekarang mereka menggunakan bambu kering yang diisi buah jarak untuk penerangan. Alat ini digunakan sebagai alat penerangan sebelum adanya minyak tanah. Kalau sekarang, mereka menggunakan minyak tanah.
Sementara itu, penduduk di kampung adat ini ada yang memiliki ponsel. Untuk mengisi daya ponsel, mereka harus pergi ke desa bawah.
2. Punya Rumah Sakral
Ada sebanyak 14 rumah adat tradisional di kampung Suku Abui ini. Nama rumah tradisional tersebut adalah rumah lopo.
Rumah lopo punya empat bagian atau ruang. Yaitu ruangan menerima tamu, gudang penyimpanan jagung dan ubi, tempat memasak dan tidur, serta rumah sakral.
Rumah sakral ini ada di tengah kampung. Rumah tersebut tidak boleh dibuka oleh sembarang tempat. Orang yang boleh membuka rumah sakral adalah sub suku Abui Marang. Itu pun hanya satu tahun sekali saat pembukaan lahan.
Rumah sakral di desa ini ada dua rumah. Rumah ini tidak dihuni, hanya dibuka satu tahun sekali saat pembukaan lahan.
Satu rumah adat disebut Kolwat (hitam) dan satu rumah lain disebut Kanuruwat (putih). Rumah Kolwat atau hitam adalah rumah yang berhubungan dengan hal gelap atau jahat. Sementara rumah Kanuruwat sebaliknya. Rumah ini dianggap suci.
Secara rumum, sub suku Abui terbagi jadi tiga yaitu Marang, Kapitang, dan Awenni. Hanya suku Marang saja yang boleh masuk ke dalam rumah sakral ini. Selain itu, sub suku lain boleh masuk namun ada syaratnya. Hanya anak sulung dari sub suku tersebut yang diperbolehkan.
Apa isi dari rumah sakral itu?
Ada peninggalan leluhur yang terletak di rumah sakral suku Abui. Seperti periuk nenek moyang, moko (alat musik besi) dan tombak perang.
3. Mempertahankan Kehidupan Tradisional
Suku Abui yang mendiami Desa Takpala mempertahankan kehidupan tradisional. Contohnya, rumah mereka menggunakan genteng dari bahan alang-alang.
Bahkan ketika atap rumah rusak, mereka akan mencari alang-alang baru. Bukan mengganti atap dengan bahan seng atau bahan lainnya. Intinya tetap menggunakan bahan tradisional seperti nenek moyang.
4. Mata Pencaharian Berkebun
Orang-orang Suku Abui mencari nafkah dengan berkebun. Mereka menanam jagung dan ubi.
Meskipun sebagian besar warga Alor mencari nafkah dengan bekerja sebagai nelayan, tidak dengan warga suku Abui ini.
Sementara bagi warga yang tidak berkebun, mereka akan membuat kerajinan. Kerajinan ini nantinya akan dijual sebagai souvenir bagi wisatawan yang berlibur ke sini.
Yuk baca juga
5. Dulu Dijuluki “Pemburu Kepala Manusia”
Pada zaman dahulu, Suku Abui dikenal mahir berperang. Maka dari itu mendapatkan julukan pemburu kepala manusia.
Ketika menari dalam rangka penyambutan tamu, kamu akan melihat kostumnya yang mengenakan perlengkapan perang. Ada parang dan anak panah pada anak laki-laki.
Julukan pemburu kepala manusia diberikan pada zaman dahulu. Sekarang, Suku Abui sudah sangat terbuka dan membolehkan siapa saja datang berkunjung.
Tidak ada biaya tiket masuk yang dikenakan. Para pengunjung hanya mengisi buku tamu dan memberikan uang sukarela.
Itulah fakta unik Suku Abui di Alor NTT. Suasana desa yang masih sangat alami membuat banyak turis datang untuk menikmatinya. Semoga bermanfaat ya.